PERHITUNGAN GOLDEN
SECTION
GAPURA PADA PURA TAMAN AYUN MENGWI
Oleh:
I Gusti Agung Pajar Maharani / 201605006
Dosen:
Dr. A.A. Gede Rai Remawa
Toddy H. Yupardhi,
S.Sn, M.Ds
Mahasiswa Desain Interior ISI Denpasar
Email: gungrani25@gmail.com
ABSTRAK
Arsitektur
merupakan buah karya yang merepresentasikan budaya manusianya. Perwujudan yang
dihasilkan secara hakiki menjadi cerminan kebutuhan ritual kegiatan yang
dilakukan setiap waktu oleh penggunanya. Lingkungan disekitar dapat terkemas
dalam struktur ruang-ruang, baik dalam skala personal maupun sosial
kemasyarakatan termasuk untuk kepentingan ke-agama-an. Tulisan ini mengangkat
arsitektur gapura pada Pura Taman Ayun , Mengwi. Persoalan ke-estetika-an wujud
gapura menjadi fokus telaah melalui ke-proporsi-an komponen-komponen
pembentuknya. Dasar telaahnya, selain pemahaman yang berkaitan dengan
perhitungan dalam pembuatan bangunan Bali, atau disebut Asta Kosala Kosali, bangunan juga dikaitkan dengan teori proporsi Golden Section (Phi). Pilihan proporsi
ini diyakini sebagai bagian kaidah estetika bentuk yang tak memihak karena
sifat ke-universal-annya (fenomena harmoni alam). Kaidah proporsi dalam desain
arsitektur dikenal sebagai salah satu komponen untuk membantu penetapan dimensi
estetis secara visual. Prinsip yang berlaku adalah pengaturan perbandingan
antar sisi-sisi garis yang membentuk bidang maupun ruang dalam keseluruhan
gugus bangunan. Pendekatan studinya bersandar pada : ke-ciri-an, potret visual
dan numerik (pengukuran dimensi) obyek. Analisis pengukuran rasio
ke-proporsi-annya dibantu perangkat lunak Phimatrix yang berbasis panjang :
lebar adalah 1: Phi (1:1,618). Hasil logika di atas dianggap ‘paling’ dekat
pertautannya dengan Phi, sehingga tidak dipilih nilai 1,615 atau 1,619. Kedua
nilai yang disebut terakhir, justru tergolong ‘amat sangat’ potensial. Temuan
studi berupa besaran (%) potensial terhadap nilai Phi, yang dimiliki fasad
gapura pada Pura Taman Ayun sebagai kasus. Implikasi temuannya bisa menjadi
referensi awal (hipotesis).
Kata Kunci : Arsitektur, Estetis, Golden Ratio
PENDAHULUAN
Arsitektur dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti matematika, budaya,
bahkan agama. Ditinjau dari ilmu desain arsitektur, ada kalanya suatu bangunan
dibentuk berdasarkan ketentuan-ketentuan tertentu. Masyarakat
Hindu di Bali meyakini Asta Kosala Kosali dalam
pembuatan bangunan baik itu bangunan suci Pura maupun rumah. Asta
Kosali adalah nama lontar tentang ukuran membuat
rumah. Sedangkan Asta Kosala adalah
nama lontar atau buku tentang ukuran membuat menara atau bangunan tinggi, wadah,
bade, usungan mayat. Asta Kosala Kosali memuat
tata cara, tata letak, dan tata bangunan untuk bangunan
tempat tinggal serta bangunan tempat suci yang ada
di Bali, yang disesuaikan dengan landasan filosofis, etis, dan ritual
dengan memperhatikan konsepsi perwujudan, pemilihan lahan, hari baik membangun
serta pelaksanaan yadnya. Dalam proses pembangunan, ada teori unik dari cara pengukuran panjang,
lebar, dan tinggi bangunan. Teori hitungan matematika pada bangunan yang
terkenal salah satunya adalah “Komposisi
Emas” atau Golden Section. Golden Section menerapkan komposisi
perbandingan panjang:lebar adalah 1 : 1,618. Sejak
abad ke-20, rasio emas diwakili dengan huruf Yunani Φ atau φ (phi,
berdasarkan nama Phidias, (pematung yang disebut-sebut
menggunakan rasio ini) atau secara tidak lazim juga dilambangkan dengan Ï„,
huruf pertama untuk kata dalam Yunani kuno τομή yang berarti memotong. Teori ini telah diterapkan sejak zaman klasik
Yunani pada lukisan, arsitektur, dan ragam hias. Arsitektur klasik yang paling
terkenal dengan Golden Section -nya
adalah bangunan kuil Parthenon di Yunani. Berdasar atas dasar tersebut,
perlu adanya penelitian mengenai teori Golden
Section atau “Komposisi Emas” apakah masyarakat Hindu
di Bali menggunakan teori tersebut sebagai landasan dalam memdesain arsitektur
bangunan-bangunan di Bali.
METODE
Metode
yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Metode
Kuantitatif
Penelitian
kuantitatif adalah
penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model
matematis, teori
teori dan/atau hipotesis yang
berkaitan dengan fenomena alam..
2.
Metode
Kualitatif
Landasan teori dimanfaatkan sebagai
pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori ini juga
bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai
bahan pembahasan hasil penelitian. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian
berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau
penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif
peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan
penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
3.
Metode Golden Section
Golden section adalah metode yang berlandaskan
proporsi dan matematis yaitu yang membatasi jarak terbesar dan terkecil,
yang sering di sebut bilangan phi atau 1:1,618.
TINJAUAN TEORI
1. TEORI
ESTETIKA
Estetika adalah ilmu yang bersifat objektif dan subjektif sekaligus yang
berarti bahwa hukum-hukum keindahan tidak hanya khusus bagi objek-objek yang
menjadikan bahan pemikiran dan tidak pula khusus bagi subjek yang memikirkan,
tetapi terletak dalam hubungan antar kedua belah pihak, dan merupakan berbagai
bentuk interaksi timbal-balik antar keduanya. Objektivitas estetika terletak
pada sifat-sifat tertentu yang terdapat dalam suatu karya itu. Sementara
subjektivitas terletak dari bagaimana kita mendefinisikan suatu keindahan
terhadap karya itu (Anwar 1980). Kesadaran estetis merupakan kesadaran yang
permanen dalam diri manusia dan terkait erat dengan pembentukan desain (Ardiani
2015).
2.
GOLDEN SECTION
Proporsi golden section merupakan perbandingan
antara dua buah penampang garis, atau dua buah dimensi suatu sosok bidang yakni
bagian yang lebih kecil dari keduanya berbanding dengan yang lebih besar
sementara yang bagian lebih besar tersebut berbanding dengan jumlah keduanya
(Ching 2007). Persamaan matematis tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Golden section termasuk dalam bilangan
irrasional yang dijabarkan sebagai sebuah rasio yang sama atau mendekati
bilangan 1.618033988749895... yang biasa disebut dengan Phi (Φ) (Padovan 1999).
PEMBAHASAN
1. KUALITATIF
Golden
section dapat dikelompokkan menjadi 5 pola yaitu golden rectangle, golden
ratio, golden spiral, golden ellipse dan golden triangle.
Golden
rectangle: Persegi yang diproyeksikan menurut golden section dengan hitungan : Φ
= A/B = A + B/A = 1.618
Golden
ratio : Pembagian garis menurut golden section dengan hitungan : Φ = A/B
= A + B/A = 1.618
Golden spiral : Golden rectangle yang berbentuk spiral
dengan hitungan : Φ = A/B = B/C = C/D = 1.618
Golden
ellipse: Elips yang dibuat dalam golden rectangle dengan hitungan : Φ =
A/B = A + B/A = 1.618
Golden triangle : Segitiga yang terbentuk pada sudut dasar 36° atau 72° sehingga menghasilkan
rasio golden section dengan hitungan : Φ = A/B = A + B/A = 1.618 Dimana:
sudut dasar 72° dan 36°.
Gapura Candi Bentar Bali adalah gapura atau pintu masuknya
yang diukir sedemikian rupa sehingga tampak seperti candi. Gapura di Bali pada
umumnya berukuran cukup besar dan dibangun tanpa atap penghubung.
Hanya ada 2 bangunan candi yang kembar saling berhadapan dan saling terpisah. Keduanya hanya dihubungkan oleh beberapa anak tangga dan pagar pintu yang biasanya dibuat dari besi. Melongok ke bagian dalam pagar tembok (panyengker).
Hanya ada 2 bangunan candi yang kembar saling berhadapan dan saling terpisah. Keduanya hanya dihubungkan oleh beberapa anak tangga dan pagar pintu yang biasanya dibuat dari besi. Melongok ke bagian dalam pagar tembok (panyengker).
Gambar 1. Fasad Gapura Pura Taman Ayun.
Sumber: Google.
Pada gambar 1 menunjukkan fasad dari bangunan
gapura Bali di Pura Taman Ayun Mengwi, dimana didominasi oleh bentuk persegi
panjang dengan ornament dan garis-garis yang membagi bangunan menjadi beberapa
bagian. Bentuk
area ini menunjukkan adanya point of
interest antara pembagian ruang yang lain. Jika diproyeksikan ke dalam garis persegi panjang, maka
didapatlah persegi panjang sebagai berikut :
Gambar 2.
Proyeksi Golden Section Gapura di Taman Ayun.
Sumber: Pajar/2019.
2. KUANTITATIF
Setelah diproyeksikan ke
dalam garis dan mendapatkan bentuk persegi panjang (Gambar 2), selanjutnya
adalah menghitung ukuran garis proyeksi tersebut dengan mecari bentuk persegi
sebagai berikut :
Gambar 3.
Proyeksi Garis a dan b Gapura di Taman Ayun.
Sumber: PajarM/2019.
Ditemukanlah ukuran sisi panjang (a)
9,2 cm dan sisi lebar (b) 5,6 cm. Selanjutnya kedua angka tersebut dimasukkan
ke dalam rumus sebagai berikut :
(mendekati 1,618)
Rumus
tersebut membuktikan bahwa gapura di Taman Ayun menganut golden rectangle. Langkah
berikutnya adalah kembali memproyeksikan
golden rectangle yang telah
didapat sehingga membentuk golden spiral :
Gambar 4.
Proyeksi Golden Spiral
Gapura di
Taman Ayun. Sumber: Pajar M./2019
Proyeksi
pada Gambar 4 membuktikan bahwa bangunan atau arsitektur gapura candi bentar di
Pura Taman Ayun menggunakan atau cocok dengan teori Golden Spiral, dengan rumus :
A/B
= B/C = C/D = 1.618 /mendekati.
SIMPULAN
Penggunaan proporsi golden section dapat
dirasakan kehadirannya pada gapura candi bentar di Pura Taman Ayun di Bali. Hal
ini mebuktikan bahwa golden section
bersifat universal dan tidak menuju pada kepercayaan tertentu saja. Proporsi
ini terbentuk dengan pola golden rectangle
dan golden spiral. Bentuk dan ukuran
gapura disesuaikan dengan penggunaan golden
rectangle yang dimaksudkan untuk memberikan arahan pandangan point of interest. Berdasarkan
perhitungan pada kasus, penggunaan proporsi golden section tenghasikan kualitas
estetik yang baik terhadap proporsi pembandingnya. Secara umum, kualitas estetika golden rectangle dan golden spiral pada bangunan gapura adalah
baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Boselie
F. 1984. The Aesthetic Attractivity of the Golden section. Psycho Res. Vol 45:
367-375.
Vico-Priento
F A, Cagigas A, Rosas JM, Callejas-Aguilera JE. 2016. Experimental Approach to
the Study of Beauty: of Golden Proportion. Psicologica. Vol 37: 187-207.
Kriyantono, Rachmat,. 2006. Teknik Praktis
Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada
Sahlqvist, Leif (2008). Cardinal Alignments
and the Golden Section: Principles of Ancient Cosmography and Design (3rd
Rev. ed.). Charleston, SC: BookSurge. ISBN 978-1-4196-2157-4.
Walser,
Hans (2001) [Der Goldene Schnitt 1993]. The Golden Section.
Peter Hilton trans. Washington, DC: The Mathematical Association of
America. ISBN 0-88385-534-8.
Tugas UAS/2019
Gung Rani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar